Beberapa hari lalu, dapat email dari milis tempat kuliah dulu. Isinya tentang seorang adek kelas angkatan 2007 yang menjadi tenaga pengajar di Indonesia Mengajar,   meminta tolong kakak-kakak kelasnya untuk ikut berkontribusi dalam bentuk lain, selain tenaga, seperti yang dia lakukan.

Indonesia Mengajar itu semacam  gerakan bersama masyarakat  untuk ikut berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa yang digagas oleh Bapak Anies Baswedan. Alhamdulillah saat ini sudah banyak gerakan sejenis mulai dari UI Mengajar, Solo Mengajar, UGM Mengajar, SM3T oleh Kemendiknas, skhole punya ITB, dll.

Nah, kemudian, si adek kelas ini, menceritakan kondisi yang dia hadapi di sana. Aku copas ya:

– Air tersedia: asin, lengket-lengket, coklat

– Listrik ada: diesel dari jam 18.00 – 06.00 WIB

– Sinyal oke untuk provider XL

– Pasar: ada setiap hari Minggu pagi

– penduduk beragam: Jawa, Bugis, Bali, Suku Kubu, Suku Anak Dalam

– Buku pelajaran ada: 1 buku untuk 4 orang, tidak boleh dibawa pulang

– Perpusatakan: baru ada 3 bulan ini
Si adek kelas ini juga menceritakan kondisi anak-anak di sana. Kelas 4 Sd gak tau mereka tinggal di negara apa, sapa pulak presidennya. Tragis ya. Cita-cita anak di sana adalah pengen jadi biduan organ tunggal. Mungkin mereka gak kepikiran mau jadi engineer seperti kakak-kakak pengajarnya. Yang bikin aku merasa tertampar adalah kata-kata penutup di akhir email:

Berhenti mengecam kegelapan, nyalakan lilin!!

Di saat yang sama, aku baca-baca TL di twitter, ada yang ngeluh-ngeluh rumahnya mati listrik semaleman, sementara mereka baru abis jalan-jalan dari luar kota. Sampe rumah, malem, mati listrik, si anak besoknya ada ulangan, belom belajar. Naahhh…ini setipe bangeet nget ama aku. Suka ngeluh-ngeluh, termasuk kalo listrik mati. yah, sebenernya kata-kata judul di atas gak hanya berlaku untuk mati listrik aja, kata-katanya penuh makna. Intinya, setiap ada masalah itu pasti ada solusinya. Gak selamanya kita ngrasain hidup tuh lempeng, enak, tanpa masalah. Justru dibikin sesekali idup gak enak, biar kita jadi berpikir lalu berusaha dan berikhtiar. Buktinya, kalo listrik gak pernah mati, mungkin lilin gak akan diciptain. Nah, kalo kita ngrasain mati listrik, misalnya, jadi kerasa juga kan betapa enaknya hidup dengan listrik, jadi makin bersyukur kan ya.

Terus terang, klo dipikir-pikir, baca email itu aku jadi ngebandingin kehidupanku. Air jernih, banyak. Pernah sesekali PAM mati, aku ngeluh. Padahal ya tinggal beli air ato minta ke tetangga yang punya sumur. Pernah juga tiba-tiba air PAM di rumahku bluwek kuning keruh, aku juga ngeluh, takut jerawatan. sementara di sana, tiap ariii airnya coklat dan lengket-lengket, asin pulak.

Salut juga sama anak-anak muda yang pastinya kuliah tinggi-tinggi, cita-citanya pasti tinggi juga, entah itu mengaplikasikan ilmunya yang didapet, misal jadi engineer, dokter ato bikin usaha sendiri. Mungkin hanya segelintir aja yang punya pikiran mau ikut membantu mencerdaskan anak bangsa, mengeluarkan mereka dari kegelapan karena buta huruf. Masiiihhh banyak ternyata yang bisa kita lakukan agar bermanfaat buat orang lain *ngingetindirisendiri*

Filed Under Uncategorized. You can leave a response, or trackback from your own site.